Infonusa.co, Samarinda – Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Sri Puji Astuti menyoroti permasalahan upah minim yang dialami oleh tenaga pengajar bukan hanya terbatas di Kota Samarinda, melainkan juga merata di seluruh wilayah Indonesia.
Sri Puji menyatakan keprihatinannya terhadap dampak dari persoalan ini, mengingat bahwa upah minim guru dapat mempengaruhi minat generasi muda untuk memilih profesi sebagai pendidik. Masalah upah minim guru bukan hanya menjadi perhatian lokal di Samarinda, tetapi juga menjadi tantangan nasional yang memerlukan perhatian serius untuk mencari solusi yang berkelanjutan.
Langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah pusat dan daerah dalam mengatasi permasalahan upah minim guru akan terus dipantau dan menjadi topik diskusi di tingkat legislatif, guna memastikan bahwa kebutuhan tenaga pengajar di Indonesia dapat terpenuhi dengan layak dan memberikan insentif positif bagi calon-calon guru di masa mendatang.
“Memang profesi guru minatnya turun setiap tahunnya, meskipun ada P3K yang ada peningkatan bersama kesejahteraan guru dengan gaji minimal Rp 3,4 juta,” kata Puji, Rabu (8/11/2023).
Sehingga dalam hal ini, Politikus Partai Demokrat itu menyatakan jika pihaknya kini tengah berupaya meningkatkan kesejahteraan para guru atau tenaga pengajar di Kota Tepian.
“Tetapi kemampuan keuangan daerah bahkan negara itu juga tidak mencukupi,” ujarnya.
Ia menambahkan, bahwa anggaran pendidikan sebesar 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia (APBN) sudah termasuk dari gaji dan tunjangan guru.
“Kalau ingin gaji besar ya harus berganti profesi ya, jika lulusan FKIP tidak mau jadi guru ya nggak apa-apa, karena di rumah juga bisa jadi guru, tapi jika ingin mengabdi pada negara,” jelasnya.
Sementara, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Samarinda, Asli Nuryadin menyatakan bahwa saat ini di Kota Samarinda tengah mengalami kekurangan guru yang tersebar di beberapa kecamatan.
“Sekarang ini Samarinda kekurangan guru sebanyak 1680 dan jumlah tenaga honorer sebanyak 1132. Jika dikalkulasikan masih ada 549 guru yang harus merangkap,” tutupnya singkat.