Samarinda, infonusa.co – Apa yang pertama terlintas dalam benak anda ketika mendapat ajakan nongkrong di Citra Niaga? Sebagian besar generasi millennial mungkin akan bertanya-tanya “apa iya ada tempat kongkow di Citra Niaga?”. Asumsi seperti ini tidak mengherankan mengingat kawasan Citra Niaga memang sudah lama “siup/pingsan/mati suri” dari hingar bingar dunia per-kongkow-an Samarinda. Sempat menjadi ikon Kota Samarinda pada tahun 80-90an dan pernah memperoleh perhargaan internasional Aga Khan Award for Architecture (AKAA) pada tahun 1989, kawasan ini begitu ramai di masa nya, hingga kemudian mulai muncul pusat-pusat perbelanjaan yang secara tidak langsung membius kawasan Citra Niaga. Awal tahun 2000an praktis Citra Niaga hanya akan diingat ketika ada para pelancong yang ingin mencari cindera mata khas Samarinda-Kaltim itupun harus diakui angkanya tidak banyak, tidak bisa dibandingkan dengan daerah tujuan wisata seperti Jogja atau Bali.
Sempat beberapa kali ada wacana revitalisasi, tapi sepertinya belum ketemu konsep yang pas yang bisa bikin kawasan Citra Niaga hidup lagi. Pun ketika ada yang menyebut akan menjadikan kawasan Citra Niaga seperti Malioboro di Jogja, Dago di Bandung atau Kota Tua di Jakarta, semua sepertinya bingung harus dari mana memulainya, kapan waktu yang tepat dan seabrek kalkulasi yang pada akhirnya membuat kawasan Citra Niaga ya begitu-begitu saja. Siup ditempat. Mungkin kurang niat atau bisa jadi kurang nekat.
Sampai kemudian munculah warkop dengan dengan konsep kekinian dengan varian menu yang juga lebih familiar di kalangan Millenial, perlahan kini Kawasan Citra Niaga mulai ramai kembali sebagai tempat berkumpul kalangan muda. Sekarang sudah puluhan tempat ngopi baru yang berjejal di kawasan Citra Niaga, ini juga sebagai penanda semangat serta geliat ekonomi dari kalangan muda.
Untuk urusan niat dan nekat kalangan millenial memang patut di perhitungkan, klo tak percaya tengok saja bagaimana mereka memboikot kampanye Presiden Trump di Tulsa, Oklahoma dengan memborong ribuan tiket dan membiarkan bangku-bangku vanue kosong. Begitulah cara anak Millenial pengguna Tik-Tok dan penggemar K-Pop protes, cepat dan tepat sasaran.
Maka membuka warkop di kawasan yang sudah lama “mati suri” adalah gabungan anatara niat dan kenekatan level-7. Indonesia memang sedang surplus anak muda, Bonus Demografi bahasa bukunya, kondisi dimana jumlah usia produktif sedang tinggi-tingginya dan yang namanya bonus pastilah menyenangkan, kawasan Citra Niaga merasakan sentuhan itu, sentuhan Millenial dengan ide dan semangat perubahan. Jangan dulu ditanya kemana pemerintah? Karna pemerintah pasti hadir jika sudah waktunya, waktu menarik restribusi misalnya atau ppn (jika dianggap perlu).
Saat ini sambil menikmati romantisme Citra Niaga, agaknya perlu juga dipikirkan tentang keberlangsungan kawasan Citra Niaga, jangan sampai mendadak rame lalu tiba-tiba sepi lagi, mati suri lagi, siup lagi. Untuk tugas ini rasanya perlu campur tangan pemerintah atau sekalian saja diserahkan pada para Millenial kaya ide dan gagasan yang punya niat dan kenekatan level-7.
Aris Nur Huda
Founder Langkah Maju – Sekertaris Umum BPC Hipmi Samarinda