Indonusa.co, Samarinda – Pasca konferensi pers ketua PDIP puan Maharani membuat kejutan. Semua dikagetkan sebutan AHY sebagai salah satu kandidat Cawapres dari sepuluh nama yang disampaikan.
Bukan sekedar disebut tapi ini menjadi titik tekan penting dalam komunikasi politik. Apalagi diungkapkan oleh anak mba Mega. Sekali lagi ini mengabarkan bahwa politik sangat cair dan membuktikan sebuah pesan. Tak ada musuh abadi yang ada adalah kepentingan abadi.
Semua publik mafhum bahwa ibunya mba Puan 10 tahun tak pernah hadir acara kenegaraan sepanjang SBY memimpin, dan tak pernah juga hadir di Senayan saat hut RI atau pembacaan pidato 16 Agustus yang rutin disampaikan dalam aturan tak tertulis MPR RI.
Disini kita juga mengerti bahwa disebutnya AHY bisa jadi karena ada elektabilitas yang sudah mengiringi AHY bersama Anies tapi terus ditekan lembaga Survey seakan anjlok dan runtuh hasilnya.
Membaca gestur Puan dalam konferensi pers menjadi isyarat bahwa memang anak SBY sangat diperhitungkan.
Meski disebut juga Mahfud MD, Erick Tohir, Sandiaga Uno, dan Ridwal kamil. Kita mengerti bahwa upaya menggoda dan menyatu pasti ada dan dimiliki hasratnya.
Tapi sejak itu juga sudah ditepis Syarif Hasan Demokrat. Bahwa “kami beda posisi” jawab Syarif.
Politik seyogyanya memang menjadi panggung pelajaran semua pihak. Rakyat dan elit harus lentur dan cair. Rakyat harus diajari bukan dijejali hasil survey dan program “lip service”. Rakyat harus tau bahwa ini program mahal untuk bangsa.
Jadi baik elit maupun lembaga survey jangan menggiring opini orang tanpa program dan isi. Sudah muak rakyat dengan popularitas semu.
Sudah muak dengan pencitraan omong kosong. Sudah muak juga dengan gaya pemimpin sok jago dan dekat rakyat saat pemilu.
Muak. Karena tak menyejahterakan. Muak karena tak membuat rakyat kaya. Muak karena SDA hilang hutang melonjak.
Muak karena pemimpin hanya memimpin kelompoknya. Bukan rakyatnya.
Maka menggoda AHY adalah hak mba Puan dan menolaknya juga hak demokrat sebagai parpol.
Selamat datang perubahan. Selamat datang pikiran cerdas rakyat dalam memilih dan memilah informasi.
Karya benaran. Atau penghargaan buatan.Tidak sama dan beda 180 derajat. Mari cerdas memilih. Cerdas memilah isi bukan kulit.
Fox Populi rox dei sebagai ungkapan bahasa latin akan lebih dihargai. Karena suara rakyat adalah memang suara Tuhan yang akan menjadi arah peradaban sebuah negara bangsa dunia.